Jumat, 07 Oktober 2011

Indikator Ke VI MDGs yaitu Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya

Konsep Indikator Ke VI MDGs  yaitu  Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya mempunyai 2 Target, Pertama : Mengendalikan penyebaran HIV/AIDS dan mulai menurunnya jumlah kasus baru pada 2015. Dan target Kedua adalah  Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah kasus malaria dan penyakit lainnya pada tahun 2015.Untuk mencapai kedua target ini digunakan 2 indikator yaitu Indikator global dan Indikator lokal  untuk memonitoring kemajuan kabupaten dan kecamatan.




Target 1. Mengendalikan penyebaran HIV/AIDS dan mulai menurunnya jumlah kasus baru pada 2015

Indikator Global
Indikator global  pada dasarnya  untuk  memantau penyebaran HIV/AIDS dan turunnya jumlah kasus telah ditetapkan,  indikator global yaitu: 
  • prevalensi HIV/AIDS ibu hamil yang berusia 15-24 tahun
  • penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko tinggi
  • angka penggunaan kondom
  • presentasi penduduk usia 15-25 tahun yang mempunyai pengetahuan yang benar tentang HIV/AIDS dan 
  • rasio kehadiran sekolah anak yatim piatu terhadap kehadiran sekolah anak bukan yatim piatu berusia 10-14 tahun.
Prevalensi HIV ibu hamil (HIV-bumil) yang berusia 15-24 tahun
Prevalensi HIV ibu hamil yang berusia 15-24 tahun adalah perbandingan antara ibu hamil berusia 15-24 tahun yang hasil tes darahnya positif mengidap  HIV terhadap semua ibu hamil pada kelompok usia yang sama yang dites sampel darahnya, dinyatakan dalam persentase.
Indikator ini digunakan untuk mengukur penyebaran epidemi HIV/AIDS.  Akses terhadap pengobatan ini masih sangat jarang dan belum ada vaksin yang tersedia.  Prevalensi HIV dimonitor pada kelompok dengan perilaku berisiko tinggi sangat sulit oleh sebab itu digunakan proksi indikator HIV ibu hamil.
Rumusnya
Prevalensi HIV ibu hamil yang berusia 15-24 tahun
Jumlah ibu hamil berusia 15-24 tahun
hasil tes darahnya positif HIV di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu
=   ————————————————— x 100%
Jumlah seluruh ibu hamil usia 15-24 tahun
yang dites darahnya di satu wilayah kerja
dalam kurun waktu yang sama
Sumber data dapat di peroleh melalui Survei HIV/AIDS

Penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko tinggi
Persentase penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko tinggi adalah perbandingan penduduk usia 15-24 tahun yang melakukan hubungan seks paling akhir dengan pasangan tidak tetap menggunakan kondom pada 12 bulan terakhir terhadap banyaknya penduduk pada usia 15-24 tahun yang melakukan hubungan seks dengan pasangan tidak tetap, dinyatakan dalam persentase.
Penggunaan kondom yang konsisten dengan pasangan tidak tetap akan mengurangi risiko penularan HIV/AIDS saat berhubungan seks.  Penggunaan kondom merupakan suatu ukuran untuk proteksi terkena HIV/AIDS.
Dalam catatan penulis Departemen Kesehatan telah bekerjasama dengan BPS melakukan  Survei Terpadu HIV dan Perilaku (STHP) ataupun Survei Surveilans Perilaku (SSP) pada kelompok berisiko di  beberapa Provinsi dan angka hasil survei tersebut dapat juga dipergunakan sebagai salah satu rujukan

Angka penggunaan kondom
Angka penggunaan kondom adalah perbandingan antara pasangan usia subur (PUS) yang memakai kondom pada saat melakukan hubungan seks terhadap semua PUS yang dinyatakan dalam persentase.
Angka penggunaan kondom digunakan untuk memonitor kemajuan penghambatan dan pembalikan penyebaran HIV/AIDS sebab pemakaian kondom adalah metode kontrasepsi yang efektif mengurangi penyebaran HIV/AIDS.  Karena angka penggunaan kondom diukur hanya pada wanita, maka pendekatan ini perlu di suplemen dengan indikator penggunaan kondom dalam hubungan seks dengan pasangan yang berisiko tinggi.
Untuk mendapatkan angka penggunaan kondom pada  pasangan yang beresiko tinggi sulit didapat, maka sebagai salah satu pendekatan untuk pemakaian kondom dalam rangka mencegah penularan HIV AIDS adalah dengan mengukur angka pemakaian kondom pada pasangan usia subur (PUS) tanpa melihat apakah pasangan tersebut beresiko atau tidak, tetapi diasumsikan bahwa pemakaian kondom tersebut dalam upaya mengatur kelahiran dan mencegah penularan HIV/AIDS (Dual protection).
Sumber datanya dapat diperoleh melalui pencatatan jumlah PUS 15-49 tahun yang menjadi akseptor kontrasepsi kondom di tingkat kecamatan/kabupaten .

Persentase penduduk berumur 15-24 tahun yang mempunyai pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS (PPK-HIV/AIDS)
Persentase penduduk berumur 15-24 tahun yang mempunyai pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS (PPK-HIV/AIDS) adalah perbandingan penduduk usia 15-24 tahun yang mempunyai pengetahuan komprehensif tentang bahaya penyakit HIV/AIDS terhadap penduduk kelompok usia yang sama, dan dinyatakan dalam persentase. Pengetahuan yang komprehensif tentang HIV/AIDS, meliputi bahaya penyakit yang merusak kekebalan tubuh dan cara pencegahan penularannya.
Indikator ini dapat digunakan untuk mengukur efektifitas keberhasilan penyebarluasan informasi, pendidikan, program komunikasi, dan upaya-upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang cara pencegahan penularan penyakit HIV/AIDS
Rumusnya adalah
Persen penddk
umur 15-24 th punya pengetahuan komprehensif
tentang HIV/AIDS
Jumlah penduduk usia 15-24 tahun yang mempunyai
pengetahuan komprehensif tentang bahaya penyakit HIV/AIDS
di satu wilayah pada waktu tertentu
=   ————————————————– x 100%
Jumlah penduduk usia 15-24 tahun
di satu wilayah pada waktu yang sama

Sumber datanya dapat diperoleh melalui  Survei HIV/AIDS
Catatan pemulis  Depkes bekerjasama dengan BPS sudah pernah melakukan  Survei Terpadu HIV dan Perilaku (STHP) ataupun Survei Surveilans Perilaku (SSP) pada kelompok berisiko di  beberapa Provinsi dan angka hasil survei tersebut dapat juga dipergunakan sebagai salah satu rujukan.

Rasio kehadiran sekolah anak yatim piatu (RKS-YP) terhadap kehadiran sekolah anak bukan yatim piatu berusia 10-14 tahun
RKS-YP terhadap kehadiran sekolah anak bukan yatim piatu berusia 10-14 tahun adalah perbandingan banyaknya anak sekolah yatim piatu yang kehilangan ibu atau bapak atau keduanya karena HIV/AIDS sebelum berusia 15 tahun terhadap anak sekolah pada kelompok umur yang sama yang tidak yatim piatu, dan dinyatakan dalam persentase. Indikator kehadiran sekolah anak yatim piatu dapat digunakan untuk memonitor program bantuan pendidikan untuk anak-anak yang yatim piatu karena orang tuanya menjadi korban HIV/AIDS.
Rumusnya adalah
RKS-YP terhadap KS-nonYP
berusia 10-14 tahun
Jumlah kehadiran sekolah anak yatim piatu  10-14 tahun
di satu wilayah  pada kurun waktu tertentu
=   ———————————————- x 100%
Jumlah kehadiran sekolah anak bukan yatim piatu
berusia 10-14 tahun di satu wilayah pada kurun waktu yang sama
Sumber datanya dapat diproleh  melalui Survei HIV/AIDS

Indikator lokal

Indikator lokal  digunakan untuk memonitoring kemajuan kabupaten dan kecamatan, mempunyai Target  Mengendalikan penyebaran HIV/AIDS dan mulai menurunnya jumlah kasus baru pada 2015, indikatornya dapat dijelaskan sebagai berikut

Prevalensi HIV dan AIDS

Rumusnya adalah
Prevalensi HIV
dan AIDS
Jumlah pasien HIV dan AIDS
di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
=   ——————————————– x 100.000
Jumlah penduduk di satu wilayah kerja
pada kurun waktu yang sama
Sumber datanya dapat diperoleh melalui Survei HIV dan AIDS serta Laporan rutin. Sebenarnya data ini tidak ada di Kecamatan dan terbatas sampai Kabupaten/Kota saja dan itupun tergantung  apakah dalam wilayah Kabupaten/Kota tersebut sudah ada Layanan VCT (Voluntary Counselling and Testing),

Target 2. Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah kasus malaria dan penyakit lainnya pada tahun 2015

INDIKATOR GLOBAL

Prevalensi Malaria dan Angka Kematiannya.
Prevalensi malaria atau angka kesakitan malaria adalah banyaknya kasus ( kasus baru maupun lama)  malaria per 100.000 penduduk yang diukur dengan Annual Parasite Incidence ( API ) dan Annual Malaria Incidence (AMI). Digunakan untuk memonitor daerah yang mengalami endemi tinggi malaria yang disinyalir meningkat pada dua dekade terakhir karena sistem kesehatan yang buruk, meningkatnya resistensi terhadap pemakaian obat dan insektisida, pola perubahan iklim, gaya hidup, migrasi dan pemindahan penduduk.
Definisi Operasional Malaria klinis adalah kasus dengan gejala malaria klinis (demam, menggigil dan berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal–pegal). Malaria positif adalah kasus malaria yang di diagnosis (pemeriksaan specimen/sediaan darahnya) secara mikroskopist atau rapid diagnosis test hasil positif mengandung plasmodium.
Penduduk berisiko adalah penduduk yang tinggal di daerah berisiko terjadi penularan malaria atau endemis malaria pada satuan wilayah terkecil seperti desa/dusun dalam kurun waktu satu tahun. Annual Parasite Incidence atau API (o/oo) adalah jumlah penderita positif malaria per seribu penduduk. Annual Malaria Incidence atau AMI (o/oo) adalah jumlah penderita malaria klinis per seribu penduduk.
Rumus
API o/oo
Jumlah Malaria Positif di suatu wilayah
dalam kurun waktu tertentu
=  —————————————————– x 1000
Jumlah penduduk Berisiko di wilayah yang sama
AMI o/oo
-
Jumlah Malaria Klinis di suatu wilayah
dalam kurun waktu tertentu
=  ——————————————————– x 1000
Jumlah Penduduk Berisiko di wilayah yang sama

Angka kematian yang disebabkan oleh malaria adalah Jumlah kematian/ penderita meninggal  karena malaria per 1000 atau 100.000 penduduk (berisiko) dalam satu tahun.
Angka kematian malaria di masyarakat sulit dideteksi karena tidak semua kejadian kematian diketahui sebabnya. Hanya angka kematian yang dilaporkan ke sarana kesehatan yang tercatat.
Rumus
Angka Kematian malaria
Jumlah kematian tersangka malaria
=   ——————————————- x 1000
Jumlah penduduk berisiko
pada kurun waktu 1 tahun
Sumber datanya dapat diperoleh dari catatan Program Pemberantasan Penyakit Menular (P2.Malaria) di Puskesmas dan di rumah sakit, Juga bisa didapatkan pada Program Pemberantasan Penyakit Menular (P2.Malaria) di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, termasul juga Laporan KLB Malaria

Penderita Malaria yang Mendapat Pengobatan Efektif
Indikator proxi yang dapat digunakan adalah  Persentase kasus/penderita klinis yang dikonfirmasi secara lab/mikroskopist atau RDT dari jumlah kasus/penderita klinis.
Persentase penderita malaria yang diberikan obat ACT (Artemisinin Combination Therapy) dari jumlah penderita positif malaria.
Definisi operasional Spesimen atau sediaan darah diperiksa (SD diperiksa) adalah   Spesimen atau sediaan darah yang diperiksa secara laboratorium/mikroskopist atau dg rapid diagnostic test (alat diagnosis cepat untuk malaria).
Penderita malaria yang diobati dengan ACT adalah penderita malaria positif yang diberikan pengobatan dengan ACT.
Rumus Persentase kasus/penderita klinis yang dikonfirmasi secara lab/mikroskopist atau RDT dari jumlah kasus/penderita klinis
Persentase Sediaan Darah  Diperiksa
Jumlah sediaan darah diperiksa dalam 1 tahun
=   ————————————————————- x 100%
Jumlah penderita malaria klinis dalam 1 tahun
Persentase penderita malaria yang diberikan obat ACT (artemisinin combination therapy) dari jumlah penderita positif malaria.
% Pengobatan
dg ACT
Jml Penderita diobati dg ACT dalam 1 tahun
=   ————————————————— x 100%
Jml penderita positif malaria dalam 1 tahun
Persentase
Pengobatan d
engan ACT
-
Jumlah penderita malaria diobati
dengan ACT dalam 1 tahun
=   —————————————————— x 100%
Jumlah penderita malaria dalam 1 tahun

Sumber datanya dapat diperoeh dari Laporan  Program P2 Malaria Puskesmas atau Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Penduduk yang Mendapat Pencegahan dan Perlindungan Efektif dari Penularan Malaria.
Indikator  proxi yang dapat digunakan adalah Persentase Kepala Keluarga  yang memiliki paling kurang 1 (satu)  kelambu di daerah berisiko/endemis malaria
Persentase penduduk yang dilindungi/menggunakan kelambu mengandung obat anti nyamuk tahan lama/jangka panjang di daerah beresiko/endemis malaria
Rumus:
Persentase KK
memiliki 1 (satu)
kelambu
Jumlah Kepala Keluarga
memiliki > 1 kelambu dalam 1 th
=   ———————————————– x 100%
Juml ah Kepala Keluarga di daerah
berisiko/endemis malaria dlm 1 th

Persentase Pddk   menggunakan
kelambu di daerah  berisiko/endemis
Jumlah kelambu diterima/diberikan x 3 pddk =——————————————————————- x 100%
Jumlah pddk di daerah berisiko/endemis
malaria dlm 1 tahun
Sumber datanya dapat diperoleh dari kegiatan  P2.Malaria di Puskesmas  atau dapat juga dilakukan melalui Survei (cepat)

Prevalensi TB dan angka kematian pasien tuberkulosis dengan sebab apapun selama pengobatan obat anti tuberkulosis (OAT)
Prevalensi TB atau angka kesakitan adalah banyaknya kasus TB per 100.000 penduduk.  Angka kematian karena TB adalah banyaknya kematian karena TB per 100.000 penduduk.  Kasus TB didefinisikan sebagai pasien yang secara klinis telah positif terdiagnosis mengidap TB. Mendeteksi dan mengobati TB merupakan kunci intervensi untuk mengurangi kemiskinan dan ketimpangan pendapatan.  Prevalensi dan kematian karena TB merupakan indikator yang lebih sensitif dibanding dengan kasus baru.
Rumusnya adalah
Prevalensi TB
Jumlah pasien TB
=   ————————— x 100.000
Jumlah penduduk pada kurun
waktu yang sama
Angka
Kematian
TB
-
Jumlah pasien TB yang meninggal
=   —————————————- x 100.000
Jumlah penduduk pada kurun
waktu yang sama
Sumber datanya dapat diperoleh  dari catatan Program Pemberantasan Penyakit Menular (P2.TB) di Puskesmas atau Program Pemberantasan Penyakit Menular (P2.TB) di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Angka penemuan pasien tuberkulosis BTA positif baru
Angka penemuan pasien tuberkulosis BTA positif baru adalah persentase pasien baru tuberkulosis yang diobati melalui directly observed treatment short course (DOTS).
Indikator ini memberikan informasi tentang perkembangan pasien tuberkulosis dan penanganan pengobatannya yang tuntas atau tidak.  Penyakit tuberkulosis berjangkit melalui udara.  Pengawasan yang efektif melalui penemuan dan penanganan kasus infeksi akan membatasi risiko penyebarannya.  Pendekatan yang direkomendasikan untuk pengawasan adalah melalui strategi DOTS sebuah strategi murah dan dapat mencegah jutaan pasien dari kematian.
Definisi Operasional Penemuan pasien TB Paru BTA (+)  adalah Penemuan pasien TB Paru melalui pemeriksaan dahak dan diberikan tatalaksana dan OAT di satu wilayah pada kurun waktu tertentu.
Rumusnya adalah
Angka Penemuan
pasien TB Paru
BTA positif
Jumlah pasien baru TB Paru BTA+
yang ditemukan
=   ——————————————— x 100%
Jumlah pasien baru TB Paru BTA+
yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut
 
Dikutip dengan perubahan dari Arali2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar