Tampilkan postingan dengan label Kliping Koran. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kliping Koran. Tampilkan semua postingan

Senin, 04 Juli 2011

26 Tim Berlomba Daur Ulang

Kebumen/ Kamis/ 16 Juni 2011
KUTOWINANGUN-Berbagai cara dilakukan untuk menanamkan kesadaran pengelolaan sampah terutama limbah plastik kepada anak sejak usia dini. Salah satunya melalui  kontes daur ulang limbah yang digelar di pendopo Kecamatan Kutowinangun, Kebumen, Rabu (15/6).

Kontes tersebut diikuti  oleh 26 tim yang berasal dari 16 Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Kecamatan  Kutowinangun. Adapun setiap tim berangggotakan 3 peserta. Dalam lomba  itu masing-masing  tim beradu  kreativitas untuk mengubah limbah plastik menjadi kerajinan yang bernilai.
Salah satunya  tim dari SDN Mrinen yang membuat dompet dari anyaman bungkus mi instan, oleh dewan juri dinyatakan sebagai juara pertama mengalahkan 25 tim lainnya. Juara 2 diraih tim SDN Lundong dengan hasil karya tempat hiasan yang dibuat menggunakan bekas botol air mineral, disusul SDN 3 Kuwarisan sebagai juara 3.
"Kegiatan ini guna meningkatkan kreativitas siswa untuk mengolah limbah plastik menjadi barang bernilai guna. Selain itu juga menanamkan pemanfaatan sampah sejak dini kepada anak-anak,"ujar Koordinator Kegiatan dr Heri Santoso didampingi panitia Fitri Bahriyah AMd Kl.
Lomba daur ulang sampah untuk siswa sekolah ini memiliki arti strategis untuk mengkampanyekan 3R yakni reduce, reuse, dan recycle, ujar dokter di Puskesmas Kutowinangun itu.
Sumber : Suara Merdeka

Kamis, 23 Juni 2011

Kematian Bayi Masih Tinggi

Bernas Jogja~KEBUMEN -- Dinas Kesehatan (Dinkes)
Kebumen mengakui, selama tahun 2010,
angka kematian bayi masih tinggi. Angka
kematian bayi rata-rata 10,95 bayi meninggal
per 1.000 bayi lahir. Penyebab kematian bayi
tertinggi, karena diare (muntaber) yang
terlambat ditangani petugas kesehatan serta
penyakit campak.
Hal itu dikatakan Kepala Dinkes Kebumen
dr A Dwi Budi Satrio MKes kepada Bernas
Jogja Rabu (22/6). Didampingi Kepala Bidang
Pengendalian Masalah Kesehatan pada
Dinkes Kebumen Cokroaminoto SIP, MKes,
Budi Satrio mengatakan, Dinkes terus
berupaya menurunkan angka kematian bayi,
dengan berbagai program yang tidak membebani
ekonomi masyarakat
“Penyebab kematian bayi lainnya, berat
badan waktu lahir rendah, gagal nafas, serta
cacat bawaan,” kata Budi Satrio. Berat badan
rendah waktu dilahirkan, ada kemungkinan
selama kehamilan, ibu hamil jarang memeriksakan
kehamilan ke bidan, sehingga ibu
tidak mengetahui perkembangan janin selama
dalam kandungan.
Kesulitan ekonomi menjadi salah satu
penyebab ibu hamil tidak memeriksakan
kehamilannya secara rutin. Untuk mengatasi
hal ini, pemerintah telah memrogramkan
jampersal (jaminan persalinan). Program ini
memberi kesempatan setiap ibu hamil memeriksakan
kehamilan gratis sebanyak 4 kali,
sampai melahirkan.
Disamping itu setelah kelahiran, ibu dan
anaknya juga punya hak untuk 3 kali diperiksa
diperiksa kesehatannya oleh bidan yang
menangani dari kehamilan hingga persalinan.
“Di beberapa puskesmas kami siapkan
inkubator mobile, yang bisa digunakan untuk
perawatan bayi dengan berat badan rendah,” kata Budi Satrio. (nwh)

Bidan Wajib Layani Ibu Hamil Gratis


Bernas Jogja~KEBUMEN -- Dinas Kesehatan
(Dinkes) Kebumen mewajibkan
setiap bidan atau rumah
sakit untuk melayani ibu hamil,
ibu bersalin hingga pasca persalinan
tanpa memungut biaya
jasanya. Biaya jasa akan ditanggung
pemerintah dalam program
Jampersal (Jaminan persalinan).
Hak untuk menikmati program
ini juga diperoleh Pegawai
Negeri Sipil (PNS).
“Kami sudah melakukan
sosialisasi program Jampersal
kepada para bidan dan kepala
desa,” kata Kepala Dinkes
Kebumen dr A Dwi Budi Satrio
MKes kepada Bernas Jogja
Rabu (22/6). Kabupaten Kebumen
memperoleh kuota 21.000
orang untuk menikmati program
ini. Tetapi asumsinya hanya 65
persen ibu hamil yang akan
menggunakan dana jampersal,
karena sisanya 35 persen menggunakan
tempat pelayanan lain,
seperti dokter keluarga. Untuk
persalinan normal besarnya
bantuan atau klaim bidan Rp
420.000, sedang untuk operasi
caesar yang dilakukan rumah
sakit maksimal klaim Rp 1,2 juta.
Adanya sosialisasi yang
sudah dilakukan dengan sasaran
bidan, serta kepala desa,
diharapkan tidak ada lagi bidan
yang memungut biaya jasa sejak
April 2011 hingga Akhir Desember
2011. Pasien tidak akan
memperoleh hak atas dana
Jampersal, jika sejak awal peneriksaan
kehamilan sudah membayar
biaya jasa bidan. “Kami
sudah tekankan bidan tidak
boleh memungut biaya jasa,”
kata Budi Satrio.
Sosialisasi kepada kepala
desa diharapkan ibu hamil bisa
mengetahui haknya untuk bisa
menikmati program ini. Dengan
mengetahui haknya, diharapkan
ibu hamil tidak membayar biaya
jasa dari pemeriksaan kehamilan
hingga pasca persalinan.
“Pegawai negeri sipil punya
hak, tapi untuk kelahiran anak
ketiga, karena hanya kelahiran
anak pertama dan kedua ditanggung
Askes,” kata Budi
Satrio.
Budi Satrio menambahkan,
program Jampersal yang mulai
diterapkan tahun 2011, diharapkan
bisa menurunkan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten
Kebumen khususnya.
Angka kematian ibu di Kebumen
66,14 per 100.000 ibu.
(nwh)

Selasa, 21 Juni 2011

Abate Diperdagangkan dari Rumah ke Rumah


Bernas Jogja~KEBUMEN -- Musim kemarau yang dikhawatirkan akan terjadi lonjakan jumlah kasus demam berdarah, dimanfaatkan pihak tertentu untuk memperoleh keuntungan.Diantaranya dengan memperdagangkan bubuk abate atau obat pembasmi jentik nyamuk. Petugas pemasaran bubuk abate mendatangi rumah-rumah penduduk menawarkan bubuk abate. 

Pengamatan Bernas Jogja Senin (20/6), salah satu daerah pemasaran bubuk abate yang dilakukan lima sales perempuan, diantaranya Perumahan Korpri Desa Jatimulyo, Kecamatan Alian, Kebumen. Petugas pemarasan menawarkan bubuk abate dari rumah ke rumah. Mereka menawarkan 4 sachet bubuk abate seharga Rp 10.000 kepada setiap keluarga. Meskipun mereka tidak memaksa untuk membeli, penjualan yang dilakukan banyak sales cukup mencolok. Kepala Bidang Penanganan Masalah Kesehatan pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kebumen Cokroaminoto SKM yang dihubungi Bernas Jogja Senin (20/6) mengatakan, Dinas Kesehatan Kebumen tidak pernah memberi rekomemasi atau izin kepada pihak ketiga untuk memperdagangkan bubuk abate ke kampung-kampung. Dinkes Kebumen tidak mungkin melarang penjualan itu, karena menjadi hak pihak lain untuk menjual bubuk abate. (nwh)