Senin, 26 Maret 2012

Waspadai racun belalang ‘TomCat”: Dapat menyebabkan gangguan kulit memerah seperti terbakar



Tomcat memang tengah mengamuk di Surabaya. Ratusan orang menjadi korban.  Sampai 19 Maret saja, Dinas Kesehatan Surabaya mencatat 48 orang melapor ke Puskesmas. Demikian dikutip dari VIVANews. Tentu, jumlah korban bisa lebih besar. Banyak warga terkena Tomcat tapi  tidak melapor ke Puskemas. Contohnya  Djuariyah.  Di tempat dia tinggal, hanya 11 orang yang ke Puskesmas, padahal korban di sana ada 60 orang.

Belajar dari kasus Djuariyah
Ketika petang Ahad pekan lalu Djuariyah, 46 tahun, berangkat mandi dia tak menduga binatang kecil menempel di handuknya membawa perkara. Warga Blok B Rumah Susun Sewa (Rusunawa) Randu, Kenjeran, Surabaya itu menganggap serangga tadi hanya seekor semut. Tak berbahaya. Selesai mandi, Djuariyah pun mengeringkan badan. Tak ada yang janggal. Pada malam hari lehernya terasa gatal. Dia menggaruknya. Tapi gatal itu kian menjadi. Makin kuat dia menggaruk, makin meradang kulitnya. Rasa gatal itu merambat cepat ke paha kanan, dan lengan kanan. Djuariyah mengerang. Kulitnya mulai perih dan panas. Ia mencoba memberi salep, dan menaburi bedak biang keringat. Tapi sia-sia.

Apa sebenarnya belalang Tomcat?
Sejatinya, belalang ’Tomcat” punya banyak nama. Di luar negeri ia disebut Kumbang Rove (Rove Beetle). Orang Indonesia menyebutnya  Semut Kanai, atau di Malaysia dipanggil Semut Kayap. Nama ilmiah serangga itu adalah Paederus Fuscipes. Serangga ini termasuk Ordo Orthopetra dan Famili Staphylinidae.
Bentuknya sepintas seperti pesawat tempur Tomcat F-14



Pakar serangga dan Guru Besar Entomologi Institut Pertanian Bogor, Prof. Dr. Ir. Aunu Rauf, M.Sc. sebagaimana dikutip dari VIVANews mengatakan, “Binatang ini disebut Tomcat, mungkin karena bentuknya sepintas seperti pesawat tempur Tomcat F-14.” Tubuh kumbang ini ramping, ukurannya kurang satu sentimeter, sekitar 7-10 milimeter, dan lebar 0,5-1,0 milimeter.  Kepalanya hitam, sayap biru kehitaman. Bagian toraks dan abdomen oranye, atau merah. Pada saat berjalan, bagian belakang tubuhnya melengkung ke atas.

Tomcat berkembang biak di tanah, dan tempat lembab. Seperti di galangan sawah, tepi sungai, daerah berawa dan hutan.  Serangga ini sangat doyan cahaya, terutama lampu rumah. Itu diduga menjadi alasan mereka meloncat dari sawah ke pemukiman manusia.  Lahan bagi sawah juga kian sempit Kumbang ini adalah pemangsa serangga lain. Ia musuh alami dari hama tanaman padi, wereng coklat. Maka, boleh dibilang Tomcat adalah sahabat petani.

Serangga itu sebetulnya tak menggigit, atau menyengat. Tapi jika terganggu atau tidak sengaja terpijit, ia akan mengeluarkan cairan. Inilah yang berbahaya. Cairan itu penyebab kulit memerah seperti terbakar (dermatitis). Itu sebabnya sering disebut Paederus Dermatitis. Di cairan itu ada zat racun yang disebut pederin. Ada yang menyebutnya 15 kali lebih beracun dari bisa ular kobra.
Bila racun Tomcat terkena di kulit manusia maka akan timbul rasa gatal, panas menyengat dan perih. Bila digaruk, maka bentolan mengandung nanah berwarna bening, akan pecah, dan menyebar ke daerah kulit lain seperti penyakit herpes. Sebaran bentolan akan semakin luas. Bila diobati, penyakit ini akan reda dalam 10 hari, atau dua minggu.

Tidak hanya terjadi di Indonesia. 
Serangan belalang Tomcat pernah dilaporkan terjadi di Okinawa-Jepang (1966), Iran (2001), Sri Lanka (2002), Pulau Pinang-Malaysia (2004dan 2007), India Selatan (2007) dan Irak (2008). Karena serangan kian meluas, pemerintah pun turun tangan. Dua kementerian, Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pertanian terlibat. “Sudah ditangani supaya tak meluas,” kata Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono.

Jangan dipencet
Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementrian Kesehatan, Dr Tjandra Yoga, dalam keterangan tertulisnya ke VIVAnews mengungkapkan agar warga tak panik. Ini bukan wabah mematikan. Ia memberi tips jika warga bertemu serangga ini. Antara lain, jangan dipencet agar racun tidak mengenai kulit. Masukkan ke kantung plastik dan buang ke tempat aman.  Bila kumbang ini berada di kulit, singkirkan dengan dengan meniup, atau memakai kertas. Beri air mengalir, dan sabun pada kulit yang terpapar cairan serangga ini. Bila masih terasa bengkak dan gatal, segera datang ke dokter.

Kembalikan ke habitatnya
Perlukah serangga ini dibasmi? Pakar penyakit, hama, dan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Dr Suputa, tak setuju. Dia  mengingatkan, Tomcat bukanlah hama yang pantas dibasmi. Serangga kecil itu adalah predator, dan musuh bagi wereng, hama paling menakutkan bagi para petani. Wereng membuat petani menangis, karena mengisap isi bulir padi. "Tomcat ini serangga berguna yang seharusnya kita dipindahkan ke lahan sawah," kata Suputa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar