Sanitasi
yang memadai merupakan dasar dari pembangunan. Namun, fasilitas sanitasi jauh
di bawah kebutuhan penduduk yang terus meningkat jumlahnya. Akibatnya, muncul
berbagai jenis penyakit yang salah satu diantaranya adalah penyakit diare. Di dunia,
penyakit tersebut telah menimbulkan kematian sekitar 2,2 juta anak pertahun dan
menghabiskan banyak dana untuk mengatasinya (UNICEF, 1997). Minimnya sanitasi
lingkungan seperti penanganan sampah, air limbah, tinja, saluran pembuangan,
dan kesehatan masyarakat, telah menyebabkan terus tingginya kematian bayi dan
anak oleh penyakit diare dan berperan penting dalam mengundang munculnya
berbagai vektor pembawa penyakit.
Penanganan
sanitasi lingkungan oleh pemerintah sampai saat ini masih menghadapi banyak
kendala. Jumlah fasilitas yang ada tidak sebanding dengan pertumbuhan penduduk. Selain
itu, masyarakat dibanyak wilayah masih mempraktekan perilaku hidup yang tidak
sehat, seperti buang air besar di sungai yang airnya kotor, mencuci di sungai
yang airnya kotor, dan membuang sampah sembarangan.
Keterkaitan
dengan masalah diatas, Satker Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman(PPLP)
Jawa Tengah telah mengadakan Diseminasi Sanitasi Perkotaan Berbasis Masyarakat(SPBM)
tanggal 01 Maret 2012 di Hotel Gracia Semarang.
Pada kesempatan itu Kepala Dinas Cipta
Karya dan Tata Ruang Jawa Tengah Ir HM Tamzil MT mengatakan tahun 2014 sudah
tidak ada Buang Air Besar sembarangan(BABS).
Tamzil
mengatakan hal itu ketika membuka Diseminasi Sanitasi Perkotaan Berbasis
Masyarakat (SPBM) atau Urban Sanitation Rural Infrastructure (USRI).
Dengan
adanya program ini (SPBM) bisa membuka lapangan kerja bagi para lulusan S1
untuk menjadi Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL), tambahnya.
Diseminasi
diikuti Kepala Bappeda, DPU, Dinkes, dan
Satker Pengembangan Infrastruktur Perkotaan (PIP) dari 18 Pemkab/Pemkot di Jawa
Tengah dan dua lainnya dari DIY, yaitu Bantul dan Sleman.
Menurut
dia, program yang didanai Asian Development Bank (ADB) itu menjadi pintu masuk
pembangunan sanitasi perkotaan secara partisipatif. Sebelumnya, sudah ada
program PNPM Perkotaan.
Target MDGs pada Tahun 2015
Program Sanitasi
Perkotaan Berbasis Masyarakat (SPBM) menarapkan pendekatan pembangunan
berkelanjutan berbasis masyarakat melalui pelibatan masyarakat secara utuh dalam
seluruh tahapan kegiatan, mulai dari pengorganisasian masyarakat, perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan program sampai dengan upaya berkelanjutan, khususnya dalam
hal peningkatan kualitas prasarana dan sarana sanitasi berbasis masyarakat
dalam rangka mendukung upaya pencapaian target MDGs pada 2015, yaitu menurunkan
sebesar separuh dari proporsi penduduk yang belum memiliki akses sanitasi dasar
serta sasaran RPJM 2010-2014 dalam
bidang sanitasi yaitu stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dan peningkatan
layanan pengelolaan air limbah.
Program tersebut tepat dilaksanakan di kota-kota
padat penduduk, seperti Semarang, Solo, Pekalongan, dan Tegal. Dengan
partisipasi masyarakat dan dukungan pemerintah, pihaknya optimistis program itu
cepat terwujud.
Kasubdit Perencanaan Teknik Direktorat
Pengembangan PLP Ditjen Cipta Karya Departemen PU yang juga sebagai Kepala CPMU USRI Ir. Rina Agustin Indriani, MURP mengatakan,
ADB memberikan dana Rp 350 juta per unit sanitasi. Kelompok masyarakat punya
dua pilihan untuk merealisasikan pemanfaatan dana itu, yakni membangun IPAL dan
jaringan pipa pengumpul untuk melayani 70-100 KK atau membangun MCK komunal
beserta jaringannya.
Sumber: Satker PPLP Jateng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar