Pengertian
Penyakit kusta disebut juga lepra (leprosy)
atau Morbus Hansen, dan nama lain di India:Korh, Vaahi (Kala Vaah), Motala/
Motali Mata, Pathala dan Bada Dukh (Kandouw, 2000).Nama tersebut berbeda karena
daerah yang berbeda menyebutkan lain, seperti pathala di Sondwadan Korh dan
Kala Vaa di Thandla (Bhopal ,
2002).
Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang
disebabkan oleh mikroorganisme intraseluler ataukuman Mycobacterium leprae
(M.leprae) yang pertama kali menyerang saraf tepi danselanjutnya menyerang
kulit serta organ tubuh lainnya. Penyakit kusta dapat mengakibatkankecacatan
tubuh serta menimbulkan masalah psikososial akibat masih adanya stigma
danpersepsi masyarakat yang jelek pada penderitanya (Jopling, 1996).
Epidemiologi
Penderita kusta tersebar di seluruh dunia,
walaupun terbanyak di daerah tropik dan subtropik.Penyebarannya terutama di
benua Afrika, Asia dan Amerika Latin. Jumlah
yang tercatat 888.340orang pada tahun 1977. Pada milinium ini telah
ditemukannya 800.000 kasus baru kusta setiaptahunnya. Di Indonesia diperkirakan
kasus kusta mencapai 1-3 per 10.000 penduduk ataumenempati urutan ke-4
terbanyak di dunia setelah negara India, Brazil dan Bangladesh (lihat)gambar
(2.1) Frekuensi terbanyak terdapat pada kelompok umur produktif yaitu 15-29
tahun,penyakit yang disebabkan M. Lepra ini dapat mengenai semua kelompok umur,
bahkan pernahditemukan pada bayi usia 2,5 bulan dan lansia diatas 70 tahun
(Harahap, 2000).
Sumber penularan kusta adalah penderita kusta
tipe lepromatosa yang belum mendapatpengobatan. Keluarganya yang serumah dengan
penderita kusta lepromatosa mempunyai resikotertular 4-10 kali lebih besar
dibandingkan dengan mereka yang tinggal tidak serumah.Sedangkan penderita tipe
tuberkuloid mempunyai kemampuan menularkan pada orang lain yangserumah sekitar
2 kali dari yang tidak serumah. Resiko penularan kepada anaknya lebih
dominandibandingkan resiko terhadap pasangan hidupnya (Agusni, 2001).
Penularan kusta yang sebenarnya masih belum
seluruhnya terungkap. Saat ini yangdiperkirakan sebagai sumber penularan (port
d’exit) adalah mukosa hidung penderita kusta tipelepromatosa yang belum
diobati. Selain itu juga pada lesi kulit nodular yang pecah bisaditemukannya
banyak kuman M. Leprae sebagai tempat port d’entry berada di mukosa
hidungsecara droplet infection. Seterusnya M. leprae melakukan adesi dan masuk
ke dalam monosit danberedar di darah. Monosit berperan sebagai kuda troya yang
akhirnya pecah lalu kuman masuk ke sel Schwan tepatnya di perineum(Boddingius,
1995).
Setelah World Health Organization (WHO)
melakukan program eliminasi kusta, dengan
menggunakan Multi Drug therapy (MDT) selama 22
tahun. Sebelum
tahun 2003 dapat terlihatpada gambar 2.2. Pada tahun 1992 terdapat 88 negara
yang melakukan program eliminasitercatat adanya penurunan jumlah kusta, yaitu 1
per 10.000 penduduk. Di tahun 2003 terdapat 9negara yang tercatat kasus kusta
pada prevalensi rata-rata 2.0 - 4.1 per 10.000 penduduk dan 3negara mempunyai
prevalensi kusta rata-rata 1-2 kasus per 10.000 penduduk. Sejak tahun
1981sampai sekarang sudah lebih dari 12 juta penderita kusta telah mendapatkan
pengobatan MDT(morel C.M, 2003).
Penyakit
kusta banyak menyerang pada masyarakat golongan sosio ekonomi rendah.
Keadaanini dikaitkan dengan gizi yang buruk dan dapat mengakibatkan rendahnya
daya tahan tubuhsecara umum. Faktor lingkungan serta hygiene yang tidak baik
selalu ditemukan pada tempatpenderita yang terinfeksi M. leprae (Agusni,
2003).SEJARAH* Sebenarnya penyakit kusta sudah dikenal sejak zaman purbakala,
pada waktu itu penyebabnyatidak diketahui, masyarakat hanya mengetahui akibat
yang terjadi pada penderita kusta karenamenimbulkan kecacatan, saat itulah
muncul anggapan bahwa cacat pada penderita kustadisebabkan oleh kutukan Tuhan
atau karena ilmu gaib yang sulit disembuhkan, bahkan dalamkitab Perjanjian Lama
pada Levecticus XIII – XIV dikatakan bahwa “ini adalah sesuatu yangnajis dan
merupakan kutukan dari Tuhan, sehingga tindaklanjutnya sudah jelas yaitu
denganmembuang para penderita ini dan tidak diperbolehkan berkumpul dengan
masyarakat” (Ilias,1990).
Di
dalam kitab Sushrat Samhita di zaman India kuno (1300 SM) telah tercantum
istilah khustyang diartikan kusta atau lepra (leprosy) pada 600 SM dan di Cina
pada 400 SM. Mycobacteriumleprae telah ditemukan sejak 129 tahun yang lalu,
istilah zaraath yang merupakan Bahasa Ibranikuno juga mengartikan sebagai
kusta. Di dalam kitab-kitab kuno dari Tiongkok (Da Feng)terdapat adanya tulisan
pada daun lontar, sedangkan di zaman Mesir kuno (eber paptyrus)
telahtertuliskan mengenai penyakit yang sekarang kita sebut lepra. Istilah
tersebut berasal dari BahasaYunani kuno (WHO, 2003).
Etiologi
Penyebab
penyakit kusta oleh karena Mycobacterium leprae, yaitu kuman yang bersifat
grampositif, berbentuk batang lurus atau melengkung, ukuran panjang 1-8 mikron,
diameter 0,2 – 0,5,mikron dan mempunyai sifat pleomorfik. Mycobacterium
leprae termasuk golongan BasilTahan Asam (BTA) bila dilakukan pewarnaan Ziehl
Neelsen, namun dalam mengikat warnamerah dari karbol Fuchsin tidak sekuat
Mycobacterium tuberculosis (Agusni, 2001).Mycobacterium leprae, mempunyai 5
(lima) sifat penting yang perlu diketahui yaitu :
1.
Merupakan organisme obligat endogeous dan tidak bisa dibiarkan dalam media
buatan
2. Sifat mengikat asamnya dapat
diekstraksi dengan pyridine
3. Mampu mengoksidasi zat
D–dihydroxy phenylalanine (D – DOPA)4.
4. Mengivansi sel schwan dari
system saraf tepi terutama di perineum
5. Permukaan membrane
mengandung phenolic glycolipid I (PGL-I) dan lipoarabinomannan (LAM) (Shimoji
Yang, 1999).
Patogenesis Penyakit Kusta
Mycobacterium
leprae masuk ke dalam tubuh manusia masa sampai timbulnya gejala dantanda
adalah sangat lama dan bahkan bertahun-tahun, masa inkubasinya bisa 3-20 tahun.
Seringkali penderita tidak menyadari adanya proses penyakit di dalam tubuhnya.
Umumnya penduduk yang tinggal di daerah endemis mudah terinfeksi, namun
banyak orang punya kekebalan alamiahdan tidak menjadi penderita kusta (Agusni,
2001).
Mycobacterium
leprae seterusnya bersarang di sel schwann yang terletak di perineum,
karenabasil kusta suka daerah yang dingin yang dekat dengan dengan kulit dengan
suhu sekitar 27-300C. Mycobacterium leprae mempunyai kapsul yang dibentuk dari
protein 21 KD, yang mampu-2 G α berikatan dengan reseptor yang dipunyai sel schwann yaitu laminin
-dystroglycam.Kemampuan adesi tersebut merupakan α receptor sejenis cara invasi basil kusta pada perineum,sel schwnn sendiri merupakan
sejenis fagosit yang bisa menangkap antigen seperti M. leprae,tetapi tidak
dapat menghancurkannya karena sel tersebut tidak mempunyai MHC klas II
yangmampu berikatan dengan SD4 limfosit, akibatnya basil kusta dapat berkembang
biak di selschwann (Agusni, 2003).
Sel
schwann seterusnya mengalami kematian dan pecah, lalu basil kusta dikenali oleh
sistemimunitas tubuh host, tubuh melakukan proteksi melalui 2 (dua) aspek yaitu
imunitas non-sepesifik dan spesifik, makrofag menjadi aktif memfagosit dan
membersihkan dari semua yangtidak dikenali (non-self). Peran Cell Mediated
Immunity sebagai proteksi kedua tubuh mulaimengenali DNA mengidentifikasi
antigen dari M. leprae. Ternyata makrofag mampu menelanM. leprae tetapi tidak
mampu mencernanya. Limfosit akan membantu makrofag untuk menghasilkan
enzim dan juices agar proses pencernaan dan pelumatan berhasil.
Keterkaitan
humoral immunity dan Cell Mediated Immunity dalam membunuh basil kustadapat
memunculkan rentangan spektrum gambaran klinik penyakit kusta seperti tipe
Tuberkuloid– Tuberkuloid (TT), tipe Borderline Tuberkuloid (BT), tipe
Borgerline – Borderline (BB), tipeBorderline Lepromatous (BL) dan tipe
Lepromatous – Lepromatous (LL) (Jopling, 2003).
Manifestasi Klinis Penyakit Kusta
Gambaran
klinik yang jelas berupa:
·
kekakuan tangan dan kaki
·
clawing pada jari kaki
·
pemendekan jari bahkan mudah terjadi perdarahan
dan
·
adanya makula dengan hilangnya rasatusukan. Keadaan tersebut merupakan
penderita yang sudahlanjut dan sudah dipastikan lepra tanpa pelaksanaan
diagnostik yang cukup.
intervensi yang baik brooooooooo
BalasHapus