Kebumen mengakui, selama tahun 2010,
angka kematian bayi masih tinggi. Angka
kematian bayi rata-rata 10,95 bayi meninggal
per 1.000 bayi lahir. Penyebab kematian bayi
tertinggi, karena diare (muntaber) yang
terlambat ditangani petugas kesehatan serta
penyakit campak.
Hal itu dikatakan Kepala Dinkes Kebumen
dr A Dwi Budi Satrio MKes kepada Bernas
Jogja Rabu (22/6). Didampingi Kepala Bidang
Pengendalian Masalah Kesehatan pada
Dinkes Kebumen Cokroaminoto SIP, MKes,
Budi Satrio mengatakan, Dinkes terus
berupaya menurunkan angka kematian bayi,
dengan berbagai program yang tidak membebani
ekonomi masyarakat
“Penyebab kematian bayi lainnya, berat
badan waktu lahir rendah, gagal nafas, serta
cacat bawaan,” kata Budi Satrio. Berat badan
rendah waktu dilahirkan, ada kemungkinan
selama kehamilan, ibu hamil jarang memeriksakan
kehamilan ke bidan, sehingga ibu
tidak mengetahui perkembangan janin selama
dalam kandungan.
Kesulitan ekonomi menjadi salah satu
penyebab ibu hamil tidak memeriksakan
kehamilannya secara rutin. Untuk mengatasi
hal ini, pemerintah telah memrogramkan
jampersal (jaminan persalinan). Program ini
memberi kesempatan setiap ibu hamil memeriksakan
kehamilan gratis sebanyak 4 kali,
sampai melahirkan.
Disamping itu setelah kelahiran, ibu dan
anaknya juga punya hak untuk 3 kali diperiksa
diperiksa kesehatannya oleh bidan yang
menangani dari kehamilan hingga persalinan.
“Di beberapa puskesmas kami siapkan
inkubator mobile, yang bisa digunakan untuk
perawatan bayi dengan berat badan rendah,” kata Budi Satrio. (nwh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar